Berikut beberapa tahap dalam pembuatan contoh Bussiness Process Reengineering (BPR) :
Tahap 1 - Persiapan
Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir SDM yang akan melakukan Reengineering.
Tahap 2 - Identifikasi
Kegunaan dari tahap ini adalah untuk mengembangkan dan memahami model proses dari bisnis
Tahap 3 – Penyusunan Visi
Kegunaan dari tahap ini adalah untuk membangun visi dan tujuan dari kinerja yang dihasilkan
Tahap 4A – Desain Teknis
Kegunaan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan sebuah rancangan proses yang mampu mengakselerasikan pencapaian Visi dari perusahaan
Tahap 4B – Desain Sosial
Kegunaan dari tahap ini adalah menspesifikasikan dimensi sosial dari proses yang baru
Tahap 5 – Transformasi
Kegunaan dari tahap ini untuk mengimplementasikan desain proses yang dihasilkan di Tahap 4 (4A dan 4B)
Kenapa perusahaan perlu menerapkan BPR?
Perusahaan yang pelu menerapkan reengineering itu adalah karena:
1.
Kebangkrutan yang akan menerpa. PT Timah merupakan salah satu contoh
yang tanggap menerapkan konsep ini sebelum mengalami kebangkrutan.
2.
Mereka memandang akan banyak ancaman yang bakal muncul. Dalam hal ini
reengineering diterapkan untuk mempertahankan posisi yang lebih baik di
masa mendatang.
3.
Perusahaan market leader menginginkan meninggalkan market challenger
dengan satu lompatan yang sangat jauh ke depan, sehingga tidak bisa
terkejar lagi oleh para pesaingnya.
Dampak keberhasilan BPR
Keberhasilan
dalam penerapan business Process Reenginering akan memberikan dampak
yang sangat bermanfaat bagi perusahaan. Dampak tersebut antara lain :
• Meningkatkan moral dan produktivitas karyawan
• Meningkatkan kepuasan pelanggan
• Meningkatnya laba operasi
• Meningkatkan daya saing perusahaan
Kegagalan perusahaan
Dalam
penerapan business process reengineering tidak sedikit perusahaan yang
mengalami kegagalan. Beberapa alasan terjadinya kegagalan tersebut
antara lain disebabkan :
• Kurangnya pemahaman terhadap BPR. Banyak yang menganggap BPR sebagai intuisi dan usaha kreatif, bukannya reengineering discipline. Beberapa menyamakan BPR dengan program lain seperti Total Quality Management (TQM) dan menyamakan fungsi dengan proses.
• Ekspektasi
manajemen yang tidak realistis . Banyak manajer yang yang memiliki
ekspektasi yang terlalu tinggi pada hasil BPR. Lalu ketika hasilnya
tidak sesuai dengan harapan, mereka menyimpulkan bahwa proyek BPR telah
gagal. Hal ini akan mengurangi komitmen dan kepercayaan manajemen pada
BPR.
• Kurangnya kedisiplinan. Tanpa disiplin yang tinggi dalam menerapkan BPR, perusahaan tidak dapat bertahan.
• Metode
yang digunakan kurang tepat. Sekarang ini banyak metode yang ditawarkan
untuk mengimplementasikan BPR. Kesalahan proses dan obyektif terjadi
karena manajer memilih proses yang tidak menambah nilai perusahaan
setelah reengineering.
• Kurangnya komitmen manajemen. BPR adalah proses dari
atas ke bawah. Ini akan mempengaruhi banyak hal tanpa komitmen kuat
manajemen untuk menghadapi perubahan operasi dan budaya.
•Salah proses. Salah satu penyebab kegagalan BPR ialah hanya merubah
proses saja dan lalu menamakan itu BPR. BPR adalah perubahan secara
radikal hampir di semua proses di dalam perusahaan. Ia menyangkut
perubahan nilai, budaya, sistem, proses dan sebagainya. BPR bukan
memperbaiki cara yang lalu tetapi mulai sama sekali dari pemikiran,
bagaimana perusahaan seperti ini harus dilaksanakan.
•Mengabaikan semuanya kecuali desain proses. Ini juga menyebabkan kegagalan BPR.
Contoh Penerapan BPR dalam Perusahaan
1. Kantor
cabang AT & T Global Business Communications System merancang dari
awal cara memproses pesanan para pelanggan, sehingga mengurangi waktu
penyampaian dari 8-12 minggu menjadi beberapa hari, bahkan menggunakan
35% lebih sedikit karyawan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
2. Pilkington
Optronics mengurangi waktu tunggu produksinya sampai lebih dari
50%meningkatkan keandalan penyampaian kepada pelanggannya menjadi 97%
dari sebelumnya 10% mengurangi nilai persediaan dan barang dalam proses
sampai 70% menjadi 6,8 juta poundsterling dan meningkatkan penjualan per
karyawan sampai 285%.
3. Bisnis
otomotif Lucas Industries memotong waktu tunggu produksi sampai
mendekati 80% dan mengurangi waktu tunggu pengiriman pesanan sampai 70%
menjadi 32 hari sebelum otomasi. Perusahaan ini berhasil menggandakan
perputaran persediaannya mencapai peningkatan produktivitas sebesar 50%
dan pengurangan biaya sebesar 25%.
4.
Ford Company, Procter & Gamble adalah contoh perusahaan raksasa
Amerika yang berhasil mengakomodasi BPR sehingga bangkit dari kelesuan
yang mengancamnya. Di Indonesia, Telkom (sekalipun tak menuruti betul
konsep BPR) juga berhasil mengadopsinya pada kepemimpinan Cacuk
Sudaryanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar