Selasa, 21 Mei 2013

Analisa dan Perancangan E-Bussiness

Pada artikel analisa dan perancangan e-bisnis yang lalu, saya telah menuliskan tentang apa itu BPR (Bussiness Process Reengineering), cara menjalankannya, dan hubungan IT dengan BPR. Pada artikel yang sekarang ini, saya akan menuliskan tentang tahap-tahap dalam pembuatan Bussiness Process Reengineering (BPR), Perusahaan yang perlu menerapkan BPR dan Perusahaan yang telah berhasil menerapkannya.

Berikut beberapa tahap dalam pembuatan contoh Bussiness Process Reengineering (BPR) :
Tahap 1 - Persiapan
Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir SDM yang akan melakukan Reengineering.

Tahap 2 - Identifikasi
Kegunaan dari tahap ini adalah untuk mengembangkan dan memahami model proses dari bisnis

Tahap 3 – Penyusunan Visi
Kegunaan dari tahap ini adalah untuk membangun visi dan tujuan dari kinerja yang dihasilkan

Tahap 4A – Desain Teknis
Kegunaan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan sebuah rancangan proses yang mampu mengakselerasikan pencapaian Visi dari perusahaan

Tahap 4B – Desain Sosial
Kegunaan dari tahap ini adalah menspesifikasikan dimensi sosial dari proses yang baru

Tahap 5 – Transformasi
Kegunaan dari tahap ini untuk mengimplementasikan desain proses yang dihasilkan di Tahap 4 (4A dan 4B)


Kenapa perusahaan perlu menerapkan BPR?
Perusahaan yang pelu menerapkan reengineering itu adalah karena: 
1. Kebangkrutan yang akan menerpa. PT Timah merupakan salah satu contoh yang tanggap menerapkan konsep ini sebelum mengalami kebangkrutan.  
2. Mereka memandang akan banyak ancaman yang bakal muncul. Dalam hal ini reengineering diterapkan untuk mempertahankan posisi yang lebih baik di masa mendatang. 
3. Perusahaan market leader menginginkan meninggalkan market challenger dengan satu lompatan yang sangat jauh ke depan, sehingga tidak bisa terkejar lagi oleh para pesaingnya.

Dampak keberhasilan BPR
Keberhasilan dalam penerapan business Process Reenginering akan memberikan dampak yang sangat bermanfaat bagi perusahaan. Dampak tersebut antara lain :
Meningkatkan moral dan produktivitas karyawan
Meningkatkan kepuasan pelanggan
Meningkatnya laba operasi
Meningkatkan daya saing perusahaan 

Kegagalan perusahaan
Dalam penerapan business process reengineering tidak sedikit perusahaan yang mengalami kegagalan. Beberapa alasan terjadinya kegagalan tersebut antara lain disebabkan : 
Kurangnya pemahaman terhadap BPR. Banyak yang menganggap BPR sebagai intuisi dan usaha kreatif, bukannya reengineering discipline. Beberapa menyamakan BPR dengan program lain seperti Total Quality Management (TQM) dan menyamakan fungsi dengan proses. 
Ekspektasi manajemen yang tidak realistis . Banyak manajer yang yang memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi pada hasil BPR. Lalu ketika hasilnya tidak sesuai dengan harapan, mereka menyimpulkan bahwa proyek BPR telah gagal. Hal ini akan mengurangi komitmen dan kepercayaan manajemen pada BPR.
Kurangnya kedisiplinan. Tanpa disiplin yang tinggi dalam menerapkan BPR, perusahaan tidak dapat bertahan.
Metode yang digunakan kurang tepat. Sekarang ini banyak metode yang ditawarkan untuk mengimplementasikan BPR. Kesalahan proses dan obyektif terjadi karena manajer memilih proses yang tidak menambah nilai perusahaan setelah reengineering.
Kurangnya komitmen manajemen. BPR adalah proses dari atas ke bawah. Ini akan mempengaruhi banyak hal tanpa komitmen kuat manajemen untuk menghadapi perubahan operasi dan budaya. 
Salah proses. Salah satu penyebab kegagalan BPR ialah hanya merubah proses saja dan lalu menamakan itu BPR. BPR adalah perubahan secara radikal hampir di semua proses di dalam perusahaan. Ia menyangkut perubahan nilai, budaya, sistem, proses dan sebagainya. BPR bukan memperbaiki cara yang lalu tetapi mulai sama sekali dari pemikiran, bagaimana perusahaan seperti ini harus dilaksanakan. 
Mengabaikan semuanya kecuali desain proses. Ini juga menyebabkan kegagalan BPR.

Contoh Penerapan BPR dalam Perusahaan
1. Kantor cabang AT & T Global Business Communications System merancang dari awal cara memproses pesanan para pelanggan, sehingga mengurangi waktu penyampaian dari 8-12 minggu menjadi beberapa hari, bahkan menggunakan 35% lebih sedikit karyawan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
2. Pilkington Optronics mengurangi waktu tunggu produksinya sampai lebih dari 50%meningkatkan keandalan penyampaian kepada pelanggannya menjadi 97% dari sebelumnya 10% mengurangi nilai persediaan dan barang dalam proses sampai 70% menjadi 6,8 juta poundsterling dan meningkatkan penjualan per karyawan sampai 285%.
3. Bisnis otomotif Lucas Industries memotong waktu tunggu produksi sampai mendekati 80% dan mengurangi waktu tunggu pengiriman pesanan sampai 70% menjadi 32 hari sebelum otomasi. Perusahaan ini berhasil menggandakan perputaran persediaannya mencapai peningkatan produktivitas sebesar 50% dan pengurangan biaya sebesar 25%.
4. Ford Company, Procter & Gamble adalah contoh perusahaan raksasa Amerika yang berhasil mengakomodasi BPR sehingga bangkit dari kelesuan yang mengancamnya. Di Indonesia, Telkom (sekalipun tak menuruti betul konsep BPR) juga berhasil mengadopsinya pada kepemimpinan Cacuk Sudaryanto.